Sunday 25 May 2008

Pupa Ulat Sutra Sebagai Makanan?

Ulat??? Kecil, menjijikkan, bikin geli...Hiii...Iya kan? Apalagi kalo ngeliat adegan di Fear Factor ....ouchhh.....

Apa jadinya kalo lw menjadikan ulat sebagai makanan? Ummm...agak di luar kebiasaan juga, bikin enek, dan nggak umum....

Mungkin kata "menjijikkan" itu nggak akan berlaku dalam kamusnya orang Korea, karena mereka bahkan menjadikan pupa ulat sutra dalam bentuk mentah sebagai snack. Snack ini populer dengan sebutan beodangi. Di beberapa daerah di Tanzania, pupa ulat sutra dijadikan tepung sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Di Afrika, pupa ulat sutra juga biasa dimakan. Di Zambia, pupa ulat sutra juga biasa dimakan karena menyumbang protein hewani dalam jumlah yang cukup besar. Akan tetapi, ada jenis ulat sutra yang biasa memakan ulat yang mengandung racun, sehingga untuk menghilangkan racunnya perlu diberikan perlakuan khusus, pupa tersebut direbus dengan air garam, diberi rempah-rempah, ditumbukkan kacang tanah, bawang merah, dan tomat. Pemanasan diteruskan hingga tercium bau enak dan racunnya hilang akibat pemanasan dan pencampuran beberapa rempah tersebut.

Sementara di Indonesia??? Kebiasaan memakan serangga, yang lazim dengan sebutan entomophagy, juga telah dikenal di beberapa daerah di Indonesia. Akan tetapi, serangga yang lazim dikonsumsi adalah jangkrik dan belalang. Ditinjau dari segi gizinya, serangga umumnya megandung nilai gizi yang cukup besar. Serangga menyumbang nilai protein sebesar 40-60%, sedangkan nilai lemaknya sekitar 10-15%. Sementara, pupa ulat sutra pun memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan jenis serangga lainnya karena mengandung air, kitin, protein larut air, karbohidrat, asam amino, dan vitamin yang seimbang.

Sebenarnya, peluang pemanfaatan serangga seperti pupa ulat sutra ini sebagai bahan pangan cukup menjanjikan. Nilai gizinya yang memadai diharapkan bisa menjadi solusi atas permasalahan krisis pangan yang hangat dibicarakan di seantero dunia. Hal ini dikarenakan pupa ulat sutra adalah produk sampingan dalam industri pengolahan benang sutra.

Kendala yang dihadapi di Indonesia adalah kurangnya informasi yang dimiliki mengenai manfaat pupa ulat sutra dan adanya persepsi yang kurang baik mengenai kualitas sensori produk-produk alternatif berbahan dasar serangga. Selain itu, terbentur pada masalah kehalalan. Masih adanya berita yang simpang siur mengenai kehalalan produk berbahan dasar serangga. Apakah halal? Ataukah haram???

Menurut pendapat sebagian pihak, serangga itu halal selama tidak menjijikkan bagi orang yang mengkonsumsinya, sementara akan menjadi haram kalau orang yang akan mengkonsumsinya merasa jijik. Nah, tergantung pada anda? Masih jijikkah mengkonsumsi makanan yang tidak lazim ini????

No comments: